Halaman

Senin, 20 Agustus 2012

Psikologi Pendidikan - Perkembangan Kognitif

PERKEMBANGAN KOGNITIF menurut Jean Peaget
1.  Tahap Sensori-Motor (0-2)
Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis  untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat.
Inteligensi individu bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi pondasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak.
Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal objek permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada.
Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan objek permanen anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis
PERKEMBANGAN KOGNITIF menurut Jean Peaget
2.   Tahap Pra Operasional (2–7)
Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang objek permanen. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar, atau disentuh lagi.


Pandangan terhadap eksistensi benda tidak bergantung pada pengamatannya belaka.
Periode  ini ditandai adanya egosentris  dan memungkinkan anak mengembangkan diferred-imitation, insight learning, dan kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
PERKEMBANGAN KOGNITIF menurut Jean Peaget
3.  Tahap konkret-operasional (7-11)
Periode ini ditandai adanya tambahan kemampuan system of operation yang bermanfaat untuk mengoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya.
Perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa, namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengoordinasikan pemikirannya.
Pada periode ini anak mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
PERKEMBANGAN KOGNITIF menurut Jean Peaget
4.  Tahap formal-operasional (11-dewasa)
Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif:
a. Kapasitas menggunakan hipotesis: kemampuan berpikir dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak: kemampuan mempelajari materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
1. Masa bayi (infancy)
Ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust.
Perilaku bayi didasari oleh dorongan memercayai atau tidak memercayai orang-orang di sekitarnya.
Dia sepenuhnya memercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan memercayainya.
Ia tidak percaya kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing, dan sebagainya.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
2. Masa kanak-kanak awal (early childhood)
Ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt.
Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya
Anak mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
3. Masa pra sekolah(Preschool Age)
Ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan melakukan kegiatan
Karena kemampuan masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
4. Masa Sekolah (School Age)
Ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority.
Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar
Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
5.  Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.
Anak berusaha membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Di antara kelompok sebaya, mereka mengadakan pembagian peran dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation.
Pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.
Pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
7. Masa Dewasa (Adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation.
Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, dan perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak dapat menguasai segala ilmu dan kecakapan, sehingga pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal–hal tertentu ia mengalami hambatan.
Perkembangan Kepribadian menurut Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata
8. Masa hari tua (Senescence)
Ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.
Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.
Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa.
Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
Perkembangan Agama
1. Masa Kanak-Kanak Awal
Sikap reseptif meskipun banyak bertanya
Pandangan ketuhanan yang dipersonifikasi
Penghayatan secara rohaniah yang belum mendalam
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
Perkembangan Agama
2. Masa Kanak-Kanak Akhir
Sikap reseptif yang disertai pengertian
Pandangan ketuhanan yang diterangkan secara rasional
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
Perkembangan Agama
3. Masa Remaja Awal
Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orang–orang beragama yang hypocrit (pura-pura)
Pandangan ketuhanan menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan
Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan
Perkembangan Agama
4. Masa Remaja Akhir
Sikap kembali ke arah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi pegangan hidupnya
Pandangan ketuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran manusia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar