} BAHASA DAN MASYARAKAT
} BAHASA DAN TUTUR, VERBAL REPERTOIRE.
MASYARAKAT TUTUR, PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
} BAHASA DAN TUTUR
} FERDINAND DE SAUSSURE (1916)
} LANGAGE-LANGUE-PAROLE
} MUTUAL INTELLIGIBLE= SALING MENGERTI
} VERBAL REPERTOIRE
} Semua bahasa beserta ragam-ragamnya
yg dimiliki atau dikuasai seorang
penutur
} Verbal repetoir ada 2 macam:
1. verbal repertoire yg mengacu pada alat alat
verbal yg dikuasai oleh seorang penutur termasuk kemampuan untuk memilih norma-norma sosial bahasa sesuai dg situasi dan fungsinya
2. verbal repertoire yg mengacu
seluruh alat alat komunikasi verbal yg ada dalam suatu masyarakat beserta norma-norma untuk memilih variasi yg
sesuai dengan konteks sosialnya
} MASYARAKAT DAN TUTUR
(SPEECH COMMUNITY)
(SPEECH COMMUNITY)
} Fishman (1976-28): masyarakat yg
anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yg
sesuai dengan penggunaannya,
} Bloomfield (1933; 29) sekelompok
orang yg menggunakan sistem isyarat yg sama
} BAHASA DAN TINGKATAN SOSIAL
MASYARAKAT
} Kuntjaraningrat (1967: 245) membagi
masyarakat Jawa menjadi 4 tingkatan: (1) wong cilik, (2) wong saudagar, (3)
priyayi, (4) ndara
} Clifford Goertz (1976): (1) priyayi,
(2) bukan priyayi, tetapi berpendidikan dan bertempat tinggal di kota,(3)
petani dan orang kota yg tidak berpendidikan
} Variasi bahasa yg digunakan oleh
orang orang yg berbeda tingkatan disebut sosiolek (Nababan 1984)
} Konsep undak usuk
} PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
(SPEECH EVENT AND SPEECH ACT
(SPEECH EVENT AND SPEECH ACT
} Tindak tutur/speech event: terjadiny
atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu ujaran atau lebih yg
melibatkan dua pihak yakni penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok tuturan
didalam waktu, tempat dan situasi tertentu.
} Dell Hymes mengatakan ada 8 komponen yg hrs
dipenuhi dalam peristiwa tutur yaituSPEAKING (Dell Hymes, 1989: 54), meliputi
S adalah setting dan scene yaitu waktu,
tempat, dan situasi bertutur,
P adalah
participants yaitu peserta tutur atau pihak-pihak yang terlibat dalam
pertuturan,
E adalah
ends yaitu maksud dan tujuan pertuturan,
A adalah
act sequence yaitu bentuk dan isi ujaran,
K adalah
keys yaitu mengacu pada nada, cara, dan semangat yang disampaikan,
I adalah
instrumental yaitu mengacu terhadap bahasa yang disampaikan, N adalah norm
yaitu aturan dalam interaksi, dan
G adalah
genre yaitu bentuk penyampaian
} TINDAK TUTUR (SPEECH ACT)
} Harimurti Kridalaksana (2000: 17)
mendefinisikan tindak tutur adalah (a) perbuatan bahasa yang dimungkinkan oleh
dan diwujudkan sesuai dengan kaidak-kaidah pemakaian unsure-unsur bahasa; (b)
perbuatan yang menghasikan bunyi bahasa secara beraturan menghasilkan ujaran
yang bermakna; (c) seluruh komponen linguistic dan non-linguistik yang meliputi
suatu perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partsipan, bentuk penyampaian
amanat, topic, dan kontek amanat itu; (d) pengujaran kalimat untuk menyatakatn
suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar, penyampaian amanat, topic, dan
konteks amanat itu; (e) pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud
dari pembicara diketahui oleh pendengar
} Tata bahasa Tradisional : kalimat
deklaratif, kalimat interogatid, kalimat imperatif
} Austin (1962): kalimat deklaratif
berdasarkan maknanya dibagi menjadi kalimat konstatid dan kalimat performatif
} Kalimat konstatif:kalimat yg berisi
pernyataan belaka
} Kalimat performatif :kalimat yg
berisi perlakuan (misalnya: up. Pernikahan, kelahiran, kenegaraan, kemiliteran,
peresmian seminar, keagamaan, dll)
} Austin membagi kalimat performatif
menjadi 5 kategori
- Kalimat verdiktif: menyatakan keputusan
- Kalimat eksersitif: kalimat perlakuan yg menyatakan nasihat, peringatan, perjanjijan dsb
- Kalimat komisif: kalimat perlakuan yg dicirikan dg perjanjian:pembicara berjanji dengan anda melakukannya
- Kalimat behatitives:kalimat perlakuan yg berhubungan dengan tingkah laku sosial karena sesorang mendapat keberuntungan atau kemalangan
- Kalimat ekspositif: kalimat perlakuan yg memberikan penjelasan, keterangan atau perincian kepada seseorang
} Secara pragmatis ada tiga jenis
tindakan yang diwujudkan oleh seorang penutur, tyakni tindak lokusi (locutionary
act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary
act) (Austin dalam Searle, 1974: 23-24; Mey 1993: 236)
} Tindak
lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu (the act of saying something). Konsep
ini berkaitan dengan proposisi kalimat,
yaitu didalamnya terdapat subjek/topic dan predikat (Wijana, 1996: 17). Dalam
hal ini tindak lokusi merupakan tuturan sebuah kalimat yang memilki maksud dan
referen yang sudah jelas.
} Tindak
ilokusi merupakan tuturan selain berfungsi untuk mengatakan sesuatu atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuattu (the
act of doing something). Untuk menafsirkan tindak ilokusi ini diperlukan
pemahaman terhadap situasi tutur, karena pemaknaan tindak tutur ini dipengaruhi
oleh aspek situasi tutur.
} Tindak
perlokusi adalah tindak tutur yang mengharapkan respon dari mitra tutur
terhadap tuturan yang dituturkan ole penutur, baik berupa tindakan maupun
jawaban (the act of effecting someone)
BAHASA DAN
KELAS SOSIAL
Kelas sosial (social class):
golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dsb.
Ragam
Bahasa Kelas Sosial
Peranan
Labov (1966) : the social stratification of english in new york city,
pembuktiannya:seseorang individu tertentu dari kelas sosial tertentu, umur
tertentu, jenis kelamin tertentu akan menggunakan variasi bentuk tertentu
sejumlah sekian kali atau persen dalam situasi tertentu.
Teori
Bernstein
Ada dua ragam bahasa penutur
yaitu kode terperincu atau kkode terurai (elaborated code) dan kode terbatas
(restricted code)
Hipotesis
Sapir whorf:
bahasa ibu / native language; mother
tongue, seorang penutur membentuk
kategori” yang bertindak sebagai sejenis jeruji (kisi-kisi)
atau
pandangan manusia tentang
lingkungannya dapat ditentukan oleh bahasanya, tidak dapat diterima
sepenuhnya krn ada bukti sanggahan:
1.
Lingkungan fisik tenpat suatu masyarakat hidup dapat dicerminkan dalam
bahasanya maksudnya lingkungan dapat mempengaruhi bahasa, masyarakat itu,
biasanya dalam leksikon atau perbendaharaan kata.
2.
Lingkungan sosial juga dicerminkan dalam
bahasa dan sering dapat mempengaruhi struktur kosakata.
3. Adanya
lapisan lapisan masyarakat feodal dalam kasta menimbulkan pula pengaruh dalam
bahasa
4.
nilai-nilai masyarkat / social value dapat berpengaruh pada bahasa masyarakat
itu
PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA
VARIASI BAHASA
Dua pandangan mengenai variasi Bahasa
1. Variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman
sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa
2. Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya
sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Hartman &Stark (1972) membedakan variasi bahasa
berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium
yg digunakan, dan (c) pokok pembicaraan.
Preston &shuy (1979) membagi variasi bahasa khusunya
untuk bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur, (b) interaksi, (c) kode,
daan (d) realisasi
Halliday (1970,1990) membedakan variasi bahasaberdasarkan
(a) pemakai atau disebut dialek, (b) pemakaian, disebut register
Mc David (1969) membagi variasi bahasa berdasarkan (a)
dimensi regional, (b) dimensi sosial, (c)dimensi temporal
} VARIASI
BAHASA DARI SEGI PENUTUR
} IDIOLEK:
variasi bahasa yg bersifat perorangan
} DIALEK:
variasi bahasa dr sekelompok penutur yg jumlahnya relatif, yg berada pada suatu
tempat,wilayah atau area tertentu
} KRONOLEK
atau dialek temporal: variasi bahasayg digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu
} SOSIOLEK
atau dialek sosial: variasi bahasa yg berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial penutur
Variasi bahasa berkenaan dg tingkat, status dan kelas sosial
penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yg disebut
1. AKROLEK: variasi sosial yg dianggap lebih tinggi atau
lebih bergensi dari[ada variasi sosial lainnya, contohnya bahasa bagongan
(variasi bahasa Jawa yg digunakan oleh para bangsawan keraton Jawa)
2. BASILEK: variasi sosial yg dianggap kurang bergensi atau
bahkan dianggap rendah, contohnya: bahasa Inggris cowboy dan kulitambang,
bahasa jawa krama ndesa
3. VULGAR: variasi sosial yg ciri cirinya tampak pemakaian
bahasa oleh mereka yg kurang terpelajar/tidak berpendidikan
4. SLANG: variasi sosial yg bersifat khusus dan rahasia,
digunkan oleh kalangan tertentu yg sangat terbatas dan tidak boleh diketahui
kalangan diluar kelompok itu
Bahasa
prokem dapat dikategorikan sbg slang
5. KOLOKIAL: variasi sosial yg digunakan dalam percakapan
sehari hari
6. JARGON: variasi sosial yg digunakan secara terbatasoleh
kelompok sosial tertentu
7. ARGOt: variasi sosial yg digunakan secara terbatas pada
profesi profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan argot pada
kosakatanya.
} Variasi
bahasa dari segi Pemakaian
1. Fungsiolek, ragam atau register: variasi bahasa
berdasarkan penggunaannya berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat
keformalan dan sarana penggunaan, conohnya: bidang sastra jurnalistik, militer,
pertanian, pelayaran, perdagangan pendidikan dll
} Variasi
dari segi keformalan
} Martin
Joos (1967) -> the five clock
1. Ragam beku (frozen): variasi bahasa yg paling formal yg
digunakan dlm situasi khidmat dan upacara resmi
2.Ragam resmi (formal)-> standar
variasi
bahasa yg digunakan dlm pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah keagamaan, dll
3. Ragam usaha (konsultatif)->ragam operasional. Variasi
bahasa yg lazim digunkan dlm pembicaraan biasa disekolah rapatatau pembicaraan
yg berorientasi kpd hasil atau produksi
4. Ragam Santai (casual)-> bentuk alegro: bentuk
ujaran/kata yg dipendekkan, dialek daerah,unsur leksikal, tidak normatif:
variasi bahasa yg digunakan dlm situasi tdk resmi
5. Ragam intin ( intimate)-.>bhs pendek,tdk lengkap,
artikulasi yg tdk jelas: variasi bahasa yg digunakan oleh pentur yg hubungannya
telah akrab
} Variasi
dari Segi Sarana
} Ragam
lisan
} Ragam
tulis
} Jenis
Bahasa
Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis
Stewart mengemukakan 4 dasar menjeniskan bahasa scr
sosiologis
1.Standardisasi/pembakuan: adanya kodifikasi penerimaan thd
sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau
norma yg menentukan pemakaian
2. Otonomi: sebuah sisten linguistik yg memiliki kemandirian
sistem yg tidak berkaitan dg bahasa lain
3. Historis: sebuah sistem linguistik dianggap mempunyai
historitas atau dipercaya sebagai hasil perkembanganyg normal pada masa lalu
4. Vitalitas: pemakaian sistem linguistik oleh satu
masyarakat penutur asli yg tidak terisolasi
Berdasarkan ada dan tidaknya unsur diatas Stewart membagi
bahasa menjadi 7 jenis:
a. Jenis bahasa Standar, contohnya bahasa Inggris, Arab,
Indonesia
b. Jenis Bahasa Klasik-> bahasa latin, sansekerta
c. Jenis Bahasa Artifisial->bahasa buatan
d. Jenis bahasa Vernakular: bahasa umum yg digunakan sehari
hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yg bisa dibedakan dr bahasa
sastra yg dipakai terutama disekolah sekolah dan dalam kesusastraan
e. Dialek-> bahasa sunda banten dan sunda bogor, bahasa
jawa banyumas dan semarang
f. Kreol-> berasal dr pijin
g. Pijin->terbentuk secara alami di dalam suatu kontak
sosial yg terjadi antara sejumlah penutur masing2 memiliki bahasa ibu
Jenis Bahasa Berdasarkan sikap Politik -> bahasa
nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan
*Bahasa negara: sebuah sistem linguistik yg secara resmi dlm
undang undang dasar sebuah negara ditetapkan sbg alat komunikasi resmi
kenegaraan
Jenis bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehannya -> bahasa
ibu, bahasa pertama, bahasa kedua, dst
Lingua Franca -> sebuah sistem linguistik yg digunakan
sbg alat komunikasi sementara oleh partisipan yg mempunyai bahasa ibu yg
berbeda.
} BILINGUALISME
DAN DIGLOSIA
} BILINGUALISME
} Bilingualisme
= dwibahasaan
} Penggunaan
dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dg orang lain scr bergantian
(Mackey 1962: 12, Fishman, 1975: 73)
} Orang
yg dapat menggunakan kedua bahasa tsb disebut bilingual ata dwibahasawan
} Kemampuan
menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas atau kedwibahasawan
} Multilingualisme/keanekabahasaan:
keadaan dihunakannya lebih dr dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dg orang lain secara bergantian
} Dittmar
(1976: 170) konsep umum bilingualisme adalah digunakannya dua buah bahasa oleh
seorang penutur dalam pergaulannya dg orang lain secara bergantian telah
menimbulkan masalah sbb:
- Sejauhmana taraf kemampuan seseorang akan B2 sehingga disebut bilingual.
2. Apa yg dimaksud bahasa dalam bilingualisme ini? Apakah
bahasa dalam pengertian laangue, kode, sehingga bisa termasuk dalam sebuah
dialek atau sosiolek?
3. Kapan seorang bilingual harus menggunakan kedua bahasa
itu secara bergantian? Kapan dia harus menggunakan B1 nya, dan kapan dia harus
menggunakan B2 nya? Kapan pula dapat scr bebasmenggunakan B1 dan B2?
4. Sejauhmana B-1nya dapat mempengaruhi B-2 atau sebaliknya?
5. Apakah bilingualisme itu berlaku pada perorangan atau
juga kelompok masyarakat?
} DIGLOSIA
} Menurut
Ferguson rumusan ttg diglosia:
diglosia
is relatively stable language situation, in which in addition to the primary
dialects of the language, which may include a standard or regional language,
there is a very divergent, highly codified, after grammatically more complex,
superposed variety, the vehicle of the large and respected body or written
literature, either of an earlier period
or in another speech community, which is learned largely by formal education
and is used for most written and formal spoken purposes but is not used by any
sector of the community for ordinary conversation
} Bila
disimak definisi ferguson memberi pengertian:
- Diglosia adalah situasi kebahasaan yg relatif stabil dimana selain terdapat sejumlah diale dialek utama (ragam utama) dari satu bahaasa terdapat juga sebuah ragam lain
2. Dialek dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah
dialek standar atau sebuah standar regional
3. Ragam lain (yg bukan dialek dialek utama) memiliki ciri:
- sudah
(sangat )terkodifikasi
-
gramatikalnya sudah kompleks
-
merupakan wahan kesusastraan tertulis yg sangat luas dan dihormati
-
dipelajari melalui pendidikan formal
-
digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal
- tidak
digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun) untuk percakapan sehari-hari
Ferguson membicarakan diglosia dgn mengambil contoh empat
buah masyarakat tutur dg bahasa mereka yakni bahasa arab, yunani modern, jerman
swiss, dan kreol haiti.
Ferguson mengetengahkan 9 topik ttg diglosia yaitu fungsi,
prestise, warisan sastra, pemerolehan, standardisasi, stabilitas, gramatika,
leksikon, dan fonologi
Fishman mengartikan diglosiaa sbb:
Diglosia
exist not only in multilingual societies which officially recognize several
language and not only in societies which employ separate dialects, regicters,
or functionally differentiated language, varieties of what ever kind.
“
diglosia todak hanya berlaku pada adanya perbedaan ragam T dan R pada bahasa yg
sama, melainkan jg berlaku pada bahasa yg sama sekali tidak serumpun atau pada
dua bahasa yg berlainan. Fishman memberikan tekanan pada adanya perbedaan
fungsi kedua bahasa atau variasi bahasa yg bersangkutan”
} Fasold
(1984) mengembangkan konsep diglosia mjd
Broad Diglosia, dimanaperbedaan itu tidak hanya antara dua bahasa atau
dua ragam atau dua dialek secara biner, melainkan lebih dr dua bahasa atau
dialek. Keadaan masyrakat yg didalamnya
dibedakan tingkatan fungsi kebahasaan shg mucul Dglosia ganda ddlm bentuk
double overlapping diglosia, double nested diglosia, dan linear polydlosia
} Double
overlapping diglosia yakni adanya situasi perbedaan derajat dan fungsi bahasa
secara berganda, contohnya di Tanzania digunakan bahasa Inggris, bahasa
Swahili, dan bahasa daerah
} Double
nested diglosia yakni keadaan dlm masyarakat tutur multilingual, dimana
terdapat dua bahasa yg diperbedakan satu sbg bhs T dan yg lain disebut bhs R,
contohnya keadaan bahasa di khalapur
} Linear
poliglosia: tingksy kederajatn dijajarkan dr yg paling tinggi sampai yg paling
rendah
} Kaitan Bilingualisme Dan Diaglosa
Diglosia
|
||||
Bilingualisme
|
+
|
-
|
||
+
_
|
1.Bilingualisme dan diglosia
3. Diglosia tanpa bilingualisme
|
2. Bilingualisme tanpa diglosia
4. Tidak diglosia, tidak bilingualisme
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar